KEASKSIAN DAN PANGGILAN SAYA MENJADI SEORANG GURU
Nama saya adalah Rema Jaya Bate’e. Setiap harinya saya
di panggil Rema. Saya dari Nias,
Provinsi Sumatera Utara. Saya adalah Mahasiswa dari Universitas Kristen Pretra Surabaya
angakatan 2019. Saya
mempunyai kesaksian ketika Tuhan memanggil saya dan mempersipakan saya menjadi
seorang guru Kristen. Saat ini, saya sedang mempersiapan diri saya untuk
melayani Tuhan kedepannya di Universitas Kristen Petra (UKP). Saya
pada dasarnya tidak bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Dari kelas I SD hingga
saya lulus SD, saya adalah orang bandel, suka melawan, sakiti teman, bahkan
saya tidak ingin dekat dengan Tuhan. Sehingga pada saat saya masih
SD, saya tidak terberkati dan tidak memiliki pengharapan apa pun itu termasuk
yang berhungan dengan masa depan.
Tetapi yang saya pikirkan yaitu kejahatan dan
kembandelan saya. Dan ketika saya masuk SMP, pada saat saya VII (Tujuh), kehidupan atau ke pribadian saya masih
tetap seperti pada waktu
saya masih SD,
dalam arti saya tidak
mengalami perubahan kepribadian dan tingkahlaku saya.
Barulah ketika saya masuk kelas VIII (Delapan) SMP saya menerima Tuhan di dalam kekehidupan saya. Mulai
saat itu juga saya memiliki cita-cita yaitu saya ingin
menjadi seorang pendeta. Karena saya sadar bahwa hidup saya bisa menglami perubahan karena Tuhan. Tuhan
telah mengubah ke hidupan
saya dengan luar biasa dan dasyat. Bahkan mulai saat itu saya semakin di berkati oleh Tuhan.
Saya jalani hari-hari saya dengan bahagia bersama dengan Tuhan. Mulai pada Saat itu,
ketika orang-orang bertanya kepada saya, kamu bercita-cita ingin jadi apa..?.
saya berkata kepada mereka, saya ingin menjadi seorang pendeta. Hingga saya
masuk SMA, saya tetap membangun hubungan yang baik kepada Tuhan. Bahkan saya
sangat suka mengambil bagian dalam pelayanan untuk Tuhan di gereja. Di sekolah, saya
selalu dipanggil dengan nama
sebutan
pak pendeta. Saya tidak mengerti mengapa mereka memanggil saya dengan nama sebutan seperti begitu. Tetapi
saya bahagia karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepada saya, untuk bisa
berubah dan terus berubah menjadi anak yang lebih baik di hadapannya.
Pada saat saya SMA, saya tidak tau mengapa tiba-tiba
saya rasanya ingin mejadi seorang pendeta dan sekaligus menjadi seorang guru.
Tapi pada saat itu saya langsung berdoa kepada Tuhan dan semuanya saya serahkan
pada Tuhan. Di sekolah,
saya selalu
belajar dengan bahagia walaupun saya memiliki banyak kelemahan di bidang
pengetahuan. Tetapi semuanya saya serahkan semuanya kepada Tuhan. Hari semakin
berlalu hingga sampai detik-detik kelulusan, saya terus bedoa kepada Tuhan.
Saya berkata “Tuhan, hidupku dan masa depanku kuserahkan pada-Mu.
Di sekolah, pada detik-detik ke lulusan ada banyak Universitas yang di sampaikan atau di promosikan kepada kami oleh guru-guru saya. Rencana saya pada saat itu, ketika saya selesai atau ketika saya telah lulus SMA, saya ingin melanjut di STT (Sekolah Tinggi Theologia) di luar pulau Nias. Tatapi walaupun demikian saya masih terus begumul kepada Tuhan, saya terus menyerahkan semuanya kepada Tuhan, sebab hanya Tuhan lah yang tau bagaimana kehidupan dan masa depanku kedepannya. Waktu silih berganti, hari semakin berlalu, masa depan ku masih belum pasti juga. Pada saat itu, guru-guru kami terus mengingatkan kami bahwa waktu kami tidak banyak lagi. Hati saya pada saat itu sedih dan terus merenung, dan saya terus bertanya “saya ini mau harus kemana ya Tuhan? Saya ingin melayani Engkau di dalam kehidupan saya. Sebab aku tidak tau aku harus melangkah kemana, hanya Engkau yang tau ya Tuhan, sebab Engkau Allah saya yang lurbiasa, ajaib, dasyat. Sebab bagi-Mu tidak ada yang mustahil.” Saya hanya terus berserah kepada Tuhan, karena saya percaya rencana Tuhan indah pada waktunya.

Tetapi suatu hari saya datang di sekolah dengan keadaan terlambat. Saya pun di hukum di sekolah karena terlambat. Tapi bagi saya tidak masalah, wajar saya di hukum karena saya terlambat. Hukuman saya sederhana yaitu guru saya menyuruh saya untuk memungut sampah di sekeliling sekolah sampai waktu yang di oleh guru saya. Setelah itu, saya masuk di dalam kelas, teman- teman saya langsung berkata kepada saya “Rema, ada pengumuman tadi bahwa ada tes masuk Univesitas untuk menjadi pendeta.” Dengan semangat, saya langsung pergi kepada guru saya untuk mendaftarkan diri. Pada hari itu juga langsung di adakan tes, dan saya tidak memiliki persiapan untuk belajar. Saya hanya punya Iman dan Tuhan saja untuk mengikuti tes pada saat itu, saya hanya terus berserah kepada Tuhan. Saya juga terus berdoa kepada Tuhan “ Tuhan jika engkau mengijinkan saya untuk menjadi hamba-Mu, Engkau yang menolong saya dan memberkati setiap kehidupan saya, dan semuanya saya serahkan pada-Mu ya Tuhan”.
Pada dasarnya saya pikir tes itu adalah untuk menjadi
pendeta, ternyata bukan. Tetapi tes untuk menjadi seorang guru. Mendengar hal itu, saya mereng dan berdoa kepada
Tuhan “Tuhan semuanya saya serahkan di tangan-Mu”. Kemudian saya
mengikuti tes tersebut tanpa ada persiapan dengan bahagia hingga sampai
selesai. Dan puji Tuhan saya lewat di tes pertama, saya sangat bersyukur kepada
Tuhan, dan saya percaya
itu bukan karena kehebatan
dan kepintara saya
sendiri,
tapi semua
karena Tuhan. Kemudian saya mengikuti tes kedua bersama dengan teman-teman saya hingga selesai. Setelah tes semua selesai kami
pun langsung pulang
semuanya kerumah kami masing-masing dengan hati yang berserah kepada Tuhan.
Hari pun semakin berlalu, tak terasa hingga saya dinyatakan lewat tes dan
mendapatkan beasiswa 100%. Pada saat itu, saya sangat bahagia dan juga keluarga
saya karena mendengar saya dinyatakan lewat tes dan mendapatkan beasiswa 100%.
Maka dengan itu,
saya semakin
percaya bahwa Tuhan
mengutus saya menjadi hambaNya
sebagai seorang guru yang
bisa mengubah setiap jiwa-jiwa siswa, menjadi siswa yang hebat, berkualitas,
berguna bagi nusa dan bangsa
dan
terlebih takut akan Tuhan. Doakan saya supaya saya bisa melaksanakan tugas yang
telah Tuhan berikan dan percayakan kepada saya saya. Dan juga supaya saya bisa
mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang guru yang
berkualitas, berguna bagi nusa dan bangsa, menjadi berkat bagi banyak orang dan
terlebih takut akan Tuhan. Sehingga saya bila melakukan gerakan perubahan bagi
nusa dan bangsa dan juga tidak tertutup kemungkian bagia siapa saja.
Demikian kesaksian
saya pada saat Tuhan memanggil dan mempersiapkan saya menjadi seorang guru.
Kiranya dapat bermanfaat dan memberkati saudara/i semuanya, Tuhan memberkati.
KESAKSIAN SAYA BERSAMA DENGAN TUHAN
Syalom.....
Puji Tuhan. Saya ada saat ini karena kasih karunia Tuhan yang tidak pernah saya balas sampai kapanpun. Sejak saya lahir di dunia ini, orang tua saya terus membesarkan saya dan terus mendidik saya hingga saya bisa seperti saat ini. saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah memberikan saya orang tua yang sangat peduli dengan saya. Tetapi sayangnya pada masa-masa kecil saya, saya jarang sering di pukul oleh orang tua saya terutama ayah saya. Dari kecil saya di besarkan dengan cara kekerasan, karena pada masa kecil saya, ayah saya seorang pemabuk dan di tambah dengan pribadi ayah saya yang tidak bisa mengerti perasaan isteri dan anak-anaknya dimana segala sesuatunya di lakukan dengan pemaksaan, berdasarkan ke inginan sendiri dan tidak mau bergantung kepada keluarga. Saya sebagai anak, yang bisa saya lakukan yaitu hanya menangis dan terus menangis, di samping itu juga saya sangat kasihan kepada ibu saya yang tidak bisa di mengerti, di marahi, di kecewain dan lain sebaginya. Namun, karena saya kasihan dengan ibu saya saya mencoba untuk selalu menghibur dia bila dia dalam keadaan ssedih. Saya adalah anak pertama dari 7 (Tujuh) bersaudara, di antaranya enam laki-laki dan dua perempuan.
Karena saya anak yang pertama di dalam keluarga, tentunya saya yang paling mengerti sediki demi sedikit yang terjadi di dalam keluarga kami. Hanya saya lah yang bisa mengerti ibu dan saudara/i saya, sehingga ketika ibu saya sedih, saya menghibur dia walaupun di lain sisi saya juga ikut sedih. Dari saya kecil, saya sering di marahi, bahkan di pukul oleh ayah saya karena kadang-kadang saya tidak melakukan apa yang dia inginkan. Waktu saya kecil hingga saya besar sebelum saya keluar daerah, saya terus membantu ayah dan ibu saya untuk bekerja di kebun. Setelah saya pulang sekolah, saya langsung ganti baju dan mempersiapakan diri untuk mulai bekerja, seperti memasak di dapur, bersihkan bagian dalam dan bagian luar rumah. Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengenal Tuhan, saya kenal dan rasakan adalah kekerasan, ke marahan, dan kesedihan.
Saya hidup dalam keluarga Kristen yang takut akan Tuhan. Tetapi walaupun keluarga saya Kristen, namun keluarga saya tidak mencerminkan karakter Tuhan, bahkan selalu hidup sesuai dengan keinginan dan ke mauan sendiri dan bukan berdasarkan apa yang Tuhan inginkan. Tetapi saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan tidak pernah meninggalkan keluarga saya dan terlebih pribadi saya. Walaupun pada saat itu saya masih belum mengenal Tuhan bahkan keluarga saya hidup dalam hal-hal yang tidak berkenan di hati Tuhan. Namun, saya merasa Tuhan tidak pernah meninggal saya walaupun pada saat itu saya masih belum mengenal dan belum dekat dengan Tuhan. Tetapi Tuhan masih mencitai saya dan keluarga saya hingga saat ini saya merasa bahagia bersama dengan Tuhan.
Saya hidup dalam keluarga Kristen yang takut akan Tuhan. Tetapi walaupun keluarga saya Kristen, namun keluarga saya tidak mencerminkan karakter Tuhan, bahkan selalu hidup sesuai dengan keinginan dan ke mauan sendiri dan bukan berdasarkan apa yang Tuhan inginkan. Tetapi saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan tidak pernah meninggalkan keluarga saya dan terlebih pribadi saya. Walaupun pada saat itu saya masih belum mengenal Tuhan bahkan keluarga saya hidup dalam hal-hal yang tidak berkenan di hati Tuhan. Namun, saya merasa Tuhan tidak pernah meninggal saya walaupun pada saat itu saya masih belum mengenal dan belum dekat dengan Tuhan. Tetapi Tuhan masih mencitai saya dan keluarga saya hingga saat ini saya merasa bahagia bersama dengan Tuhan.
Hingga saya mulai besar saya terus menghormati dan menghargai mereka karena saya sadar bahwa mereka adalah orang tua saya, yang merewat dan membersarkan saya dari saya kecil hingga saya besar sampai saat ini. Dan juga di sisi lain, saya takut kepada orang tua saya karena orang tua saya terutama ayah saya adalah yang memiliki pribadi yang keras. Tetapi ketika saya bertemu dengan Tuhan, saya merasa bahagia dan sukacita. Ketika saya sudah mulai besar, di saat saya masih SMP kelas VIII (Delapan) saya menerima Tuhan Yesus di dalam ke hidupan saya. Mulai dari saat saya selalu hidup di dalam Tuhan, karena saya yakin dan percaya bahwa tanpa Tuhan segala sesuatunya tidak ada artinya. Saya juga sadar bahwa hidup saya di dunia ini hanyalah sementara, sebab rumah aku yang sesungguhnya ada di surga.

Saya sangan mengasihi dan mencintai orang tua saya,
saya bangga punya orang tua seperti mereka walaupun secara manusia saya tidak
senang dengan kehidupan dan kepribadian ayah saya, tetapi saya ingin melakukan
kewajiban saya sebagi anak yang selalu mengasihi orang tua saya. Dan juga saya
ingin melayani Tuhan, saya ingin mengikuti kehendak-Nya Tuhan, Tuhan telah
mengajarkan saya untuk selalu mengasihi dan selalu menghormati orang tua saya, bagaimana
pun kehidupan orang tua saya pada saat itu hingga saat ini, mereka adalah orang
tua saya di dalam kehidupan saya. Pada saat saya masih kecil ayah saya ketika
dia punya masalah, dia bukan datang di hadapan Tuhan, tetapi pergi untuk mabuk
dan gabung dengan orang-orang yang tidak benar kehidupanya. Sehingga ketika
ayah saya mabuk dan juga di tambah dengan masalah yang di hadapinya, sebab
sebenarnya masalah yang di hadapinya itu masih ada jalan keluar, tetapi sangat di
sayangkan karena hidupnya di sia-siakannya dengan hal-hal yang tidak benar. Pada
saat itu saya takut menegur ayah, karena saya takut di pukul atau dimarahi oleh
ayah.
Namun walaupun hal tersebut selalu saya rasakan di
dalam kelauarga saya, tetapi saya telah mengambil komitmen di dalam kehidupan
saya, bahwa jangan sampai hanya karena masalah tertentu saya meninggal Tuhan. Sehingga
walaupun saya sering mengalami masalah dalam keluarga saya seperti di marahi,
di pukul, dan juga masalah di luar rumah seperti di sekolah, dengan teman-teman,
dan masalah yang lainnya. Tetapi karena saya telah hidup di dalam Tuhan, dan
telah menerima Tuhan dai dalam ke hidupan saya, sehingga segala sesuatunya
tidak membuat iman saya semakin goyah dai dalam Tuhan. Justrus dengan terjadi
berbagai masalah yang saya terus hadapi saya semakin di kuatkan dan semakin di
bertumbuh di dalam Tuhan. Dengan masalah tersbut saya semakin mengenal dan bisa
membedakan bagaimana rasanya jika kita hidup dalam berbagai masalah dengan
hidup yang senang-senang saja.
Sehingga hal-hal tersebut membuat saya semakin
banyak pengalaman dan semakin mengenal bahwa tanpa hidup di dalam Tuhan semuanya
akan sia-sia, dan juga saya semakin mengerti bahwa yang di lakukan oleh ayah
saya semasa saya masih kecil tidak baik dan tidak ada manfaat dan saya berjanji
kepada diri saya sendiri terlebih kepada Tuhan, bahwa saya tidak ingin seperti
kehidupan orang tua saya. saya ingin melakukan perubahan bersama dengan Tuhan,
saya ingin memberikan yang terbaik untuk malayani Tuhan. Puji Tuhan, ketika saya semakin hidup di dalam Tuhan,
saya juga terus mendoakan kelaurga saya terutama ayah saya dan juga ibu saya. Sehingga
dengan pelan, keluarga saya mulai ada perubahan sedikit demi sedikit. Ayah pun mulai
tidak hidup dengan kekerasan lagi, namun semakin hari di memberikan dirinya untuk
Tuhan, walaupun tidak sepenuhnya
Tetepi saya percaya suatu saat nanti, ayah pasti berubah dan menjadi pelayan Tuhan yang sungguh-sungguh memberikan dirinya untuk melayani Tuhan. Satu hal yang membuat saya bahagai sampai saat ini yaitu walaupun sebesar apapun masalah yang telah saya hadapi namun pada akhirnya saya juga bisa melawatinya dengan bahagi di dalam Tuhan. Walaupun sangat sakit, namun begitulah hidup orang yang takut akan Tuhan. Orang-orang memberikan dirinya untuk melayani, di bentuk, dan di arahan oleh Tuhan, hidupnya tidak akan sia-sia begitu saja. Sebab Tuhan beserta dengan orang yang percaya dengan Dia dan memiliki pengharapan dengan Dia. Tuhan ingin supaya setiap anak-anak yang hidup di dalam Tuhan selalau bahagia dan suka cita selalu. Ayo hidup di dalam Tuhan mulai saat ini, hingga sampai selama-lamanya.
Tuhan tidak pernah
meninggal saya, walaupun saya terkadang saya lupa dengan Tuhan, namun Tuhan tidak
pernah meniggalakan saya. itu lah cinta kasih Tuhan yang lauar bisa yang telah
Tuhan berikan bagi setiap anak-anak yang hidup di dalam-Nya. Walaupun saya
banyak menghadapi masalah di dalam keluarga saya dan juga masalah di laur sekolah,
namun Tuhan ti dak pernah meninggal saya, Tuhan tetap bersama-sama dengan saya,
sehingga saya bahagia dan sukacita selalu hingga sampai saat ini. Sehingga saya
bisa kuliah sampai saat ini di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Semuanya karena
campur tangan Tuhan. Jadi, jangan pernah takut menghadapi masalah, hadapi masalah
tersebut dengan bahagia, senyum dan sukacita selalu bersama dengan Tuhan.
No comments:
Post a Comment